Selasa, 19 Mei 2009 12:55:40 dikirim oleh admin
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
DAPAT MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN
OLEH : Drs. Amiruddin, M. Pd
Widyaiswara LPMP NAD
A. PENDAHULUAN
Pendidikan di Indonesia mengalami permasalahan yang sangat kompleks, sehingga seolah-olah pendidikan kurang berhasil. Hal ini terjadi karena tuntutan masyarakat semakin meningkat dan dinamika terus berjalan. Meski demikian, sumber daya manusia yang rendah tidak lepas dari kualitas pendidikan itu sendiri, kalau mau jujur pemerintah masih menganggap pendidikan kurang penting, dibandingkan bidang politik dan ekonomi, hal ini dapat dilihat anggaran keuangan bagi dunia pendidikan masih sangat kecil. Berangkat dari penyadaran tentang masalah dasar pendidikan masalah yang dihadapi adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Hal ini dapat terwujud dengan mempertinggi kualitas pendidikan, sebab salah satu fungsi utama pendidikan adalah mengembangkan potensi manusia dalam hal ini sebagai peserta didik secara utuh dan optimal dengan strategi yang sistematis dan terarah. Strategi pendidikan sekolah yang ditempuh pemerintah selama ini memberikan perlakuan sama kepada semua peserta didik, sebenarnya mereka itu mempunyai perbedaan baik dari segi tingkat kecakapan, minat maupun bakatnya. Apabila strategi ini tetap diterapkan, maka peserta didik yang berbakat dan memiliki kemampuan lebih menjadi kurang mendapat pelayanan pendidikan yang memadai serta kurang mampu menunjang usaha untuk mengoptimalkan potensi sumber daya manusia secara tepat. Dengan strategi tersebut munculnya keunggulan secara acak, sangat tergantung kepada motivasi belajar setiap peserta didik serta lingkungan belajar mengajar.
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa
Berdasarkan data ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaraan pendidikan kita dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata. Faktor pertama kejibakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education production function atau input output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekwen. Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi yang apabila dipenuhi semua imput (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan ouput yang dikehendaki. Faktor kedua, penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara sentralistik, sehingga menenpatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung kepada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat panjang, bahkan kebijakan sering tidak relevan dengan sekolah setempat. Faktor ketiga peran serta masyarakat khususnya orang tua siswa dalam penyelenggara pendidikan selama ini sangat minim.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut di atas, tentu saja perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan, salah satunya adalah melakukan reorientasi penyelenggaraaan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menuju manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
B. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka yang menjadi tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui:
1) konsep dasar manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah,
2) pola baru manajemen pendidikan masa depan,
3) tahap pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dan
4) keadaan pendidikan saat ini
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Berbicara mengenai manajemen dan pendidikan memang sangat luas dan komplek, maka makalah ini hanya mengkaji masalah manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah baik mengenai konsep dasar, karakteristik, pola baru maupun tahap pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.
D. Pembahasan
Sebelum penulis membahas lebih lanjut mengenai manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah, alangkah baiknya penulis menjelaskan sedikit mengenai mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang tersirat. Dalam kontek pendidikan, pengertian mutu mencakup input, proses, output dan outcam pendidikan.
1. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah merupakan pengkoordinasiaan dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan mutusekolah dalam rangka pendidikan nasional.
Esensinya, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) berarti otonomi sekolah dengan pengambilan keputusan partisipatif untuk memcapai sasaran mutu sekolah, karena manajemen adalah pengkoordinir dan penyerasian antara keberadaan sumber daya sekolah yang umumnya terbatas dengan kebutuhan sekolah (kebutuhan mutu) yang umumnya takterbatas.
Dengan demikian otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan waera sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan-perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Oleh karena itu pengambilan keputusan yang bersifat partisipatif warga sekolah mutlak diperlukan , agar warga sekolah merasa memiliki sekolah dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan pendidikan di sekolahnya.
2 Karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Untuk membedakan manajemen yang satu dengan lainnya dapat dilihat pada karakteristiknya. Demikian pula halnya dengan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah mempunyai karakteristiknya adalah yang dimulai dengan output dan diakhir dengan input mengingat outpu memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output dan input memiliki tingkat kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.
Untuk melihat output dapat dilihat dari dua sisi yaitu output pecapaian akademik, misalnya meningkatkan NEM dari rata-rata 6 menjadi 7 untuk tahun depat, output nonakademik, misalnya meningkatkan peringkat olah raga dan sebagainya yang bersifat ekstrakurikuler.
Untuk tercapainya output yang bermutu, maka proses pun harus bermutu. Adapun proses yang bermutu mempunyai 12 langkah yaitu:
1) efektifitas proses belajar mengajar tinggi,
2) kepemimpinan sekolah yang kuat,
3) pengelolaan yang efektif tenaga kependidikan,
4) sekolah memiliki budaya mutu,
5) sekolah memiliki kewenangan (kemandirian),
6) partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
7) sekolah memiliki keterbukaan (transparansi manajemen),
8) sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik),
9) sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan,
10) sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan,
11) sekolah memiliki akuntabilitas, dan
12) sekolah memiliki sustainalitas
Semuanya ini dapat terwujud apabila imputnya berkualitas, adapun imputa yang berkualitas mempunyai 5 ciri yaitu:
1) memiliki kebijakan mutu,
2) sumber daya tersdia dan siap,
3) memiliki harapan prestasi yang tinggi,
4) fokus pada pelanggan (khususnya peserta didik) dan
5) input manajemen
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulalkan bahwa karakteristik Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah memang sangat tepat diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, sehingga bangsa kita dapat mensejajarkan diri dengan bangsa-bangsa lain yang telah maju dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu pola manajemen ini perlu diterapkan sedini mungkin, untuk lebih jelas mengenai pola baru manajemen pendidikan masa depan dapat dilihat pada uraian berikut.
3. Pola Baru Manajemen Pendidikan Masa Depan
Mengenai pola baru manajemen pendidikan pihak pemerintah telah mencanangkannya, sebagaimana yang telah dirumuskan oleh Depdiknas (2000: 9) adalah sebagai berikut:
1) dari subordinasi menjadi otonomi,
2) dari pengambilan terpusat menjadi Pengambilan keputusan partisipatif,
3) dari ruang gerak kaku menjadi ruang gerak luwes,
4) dari pendekatan birokrasi menjadi pendekatan profesional,
5) dari sentralistik menjadi desentralisasi,
6) dari diatur menjadi motivasi diri,
7) dari overregulasi menjadi deregulasi,
8) dari mengontrol menjadi mempengaruhi,
9) dari mengerahkan menjadi memfasilitasi,
10) dari menghindari resiko menjadi mengelola resiko,
11) dari gunakan uang semuanya menjadi gunakan uang seefesien mungkin,
12) dari indivudual yang cerdas menjadi team work yang cerdas,
13) dari informasi terpribadi menjadi informasi terbagi, dan
14) dari pendelegasian menjadi pemberdayaan oraganisasi data
Dimensi perubahan di atas sangat baik dalam rangka peningkatan mutu pendidikan malalui manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah. Namun demikian, apabila langkah pelaksanannya tidak relevan, maka demensi ini tidak lebih dari pada semboyan atau teori belaka.
4. Tahap Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Pada dasarnya, mengubah pendekatan manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah bukanlah merupakan proses sekali jadi dan bagus hasilnya, akan tetapi merupakan proses yang berlangsung secara terus menerus dan melibatkan semua pihak yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan persekolahan. Oleh karenanya, strategi utama yang harus ditempuh adalah sebagai berikut.
a. Mensosialisasikan konsep Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Konsep Manajemen Peningkatan Mutu berbasis Sekolah disosialisasikan keseluruh warga sekolah, guru, konselor, wakil kepala sekolah, siswa, karyawan dan unsur-unsur terkait lainnya orang tua peserta didik, pengawas, wakil kandep wakil kanwil dan sebagainya melalui pelatihan, diskusi, forum ilmiah dan media massa.
b. Melakukan Analisis Situasi Sasaran (output)
Melakukan analisis situasi sasaran (output) sekolah, yang hasilnya berupa tantangan (ketidak sesuaian) antara keadaan sekrang dengan sasaran yang diharapkan. Besar kecilnya ketidak sesuaian antara situasi sasaran saat ini dan situasi sasaran yang diharapkan memberi tahukan besar kecilnya tantangan (loncatan).
c. Merumuskan Sasaran
Berdasarkan hasil analisis situasi sasaran yang hasilnya berupa tantangan, maka dirumuskanlah sasaran yang akan dicapai. Meskipun sasaran didasarkan atas hasil analisis situasi sekrang saat ini, namun sasaran tersebut harus tetap mangaju pada visi, misi, dan tujuan sekolah.
d. Melakukan Analisis Swot
Melakukan analisis swot dimaksud untuk mengetahui tingkat kesiapan setiap fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Berhubungan tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis swot dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong intenal maupun eksternal.
e. Menyusun Rencana Peningkatan Mutu
Berdasarkan langkah langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-sama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek, menangah dan panjang berserta program-programnya utnuk merelalisasikan rencana tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan bagi pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis sekolah (MPMBS). Sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang : aspek-aspek mutu yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan yang dilakukan, siapa yang harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk melaksnakan kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk memudahkan sekolah dalam menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah maupun dari orang tua peserta didik , masyarakat maupun pihak terkait lainnya baik secara secara moral maupun materil dalam rangka meningkatkan mutu pensdidikan di sekolah.
f. Melaksanakan Rencana Peningkatan Mutu
Dalam melaksanakan rencana peningkatan mutu pendidikan yang telah disetujui bersama antara sekolah, orang tua peserta didik dan masyarakat, maka sekolah perlu mengambil langkah proaktif untuk mewujudkan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan kepala sekolah dan guru hendaknya mendayagunakan sumber daya pendidikan yang tersedia semaksimal mungkin, menggunakan pengalaman-pengalaman masa lalu yang dianggap efektif dan menggunakan tepri-teori yang terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Kepala sekolah dan guru bebas mengambil inisiatif dalam menjalankan program-program yang diproyeksikan dapat mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan. Karena itu, sekolah harus dapat membebaskan diri dari keterikatan-keterikatan birokratis dan sentralistis yang biasanya banyak menghambat penyelenggaraan pendidikan.
g. Melakukan Evaluasi Pelaksanaan
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program, sekolah perlu mengadakan evaluasi pelaksanaan program baik jangka pendek maupun jangka panjang. Evaluasi jangka pendek dilakukan setiap akhir caturwulan untuk mengetahui keberhasilan program secara bertahap. Bilamana pada satu caturwulan dinilai adanya faktor-faktor yang tidak mendukung, maka sekolah harus dapat memperbaiki pelaksanaan program peningkatan mutu pada caturwulan berikutnya.
Eavaluasi tingkat memengah dilakukan pada setiap akhir tahun, untuk mengetahui seberapa jauh program peningkatan mutu telah mencapai sasaran-sasaran mutu yang telah ditetapkan sebelumnya. Denganevaluasi ini akan diketahui kekuatan dan kelemahan program untuk diperbaiki pada tahun-tahun berikutnya.
Dalam melaksanakan evaluasi, kepala sekolah harus mengikutsertakan setiap unsur yang terlibat dalam program, khususnya guru dan tenaga lainnya agar mereka dapat menjiwai setiap penilaian yang dilakukan dan memberikan alternatif pemecahan. Demikian pula, orang tua pesertas didik dan masyarakat sebagai pihak eksternal harus dilibatkan untuk menilai keberhasilan program yang telah dilaksanakan. Dengan demikian, sekolah mengetahui bagaimana sudut pandang pihak luar bila dibandingkan dengan hasil penilaian internal.
h. Merumuskan Sasaran Mutu Baru
Hasil evaluasi berguna untuk dijadikan alat bagi perbaikan kinerja program yang akan datang. Namun yang tidak kalah pentingnya, hasil evaluasi merupakan masukan bagi sekolah dan orang tua peserta didik untuk merumuskan sasaran mutu baru untuk tahun-tahun yang akan datang jika dianggap berhasil, sasaran mutu dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan sumber daya yang tersedia. Jika tidak, bisa saja sasaran mutu tetap seperti sedia kala, namun dilakukan perbaikan strategi dan mekanisme pelaksanaan kegiatan. Namun tidak tertutup kemungkinan, bahwa sasaran mutu diturunkan, karena dianggap terlalu berat atau tidak sepadan dengan sumber daya pendidikan yang ada (tenaga, sarana, dan prasarana serta dana) yang tersedia.
E. Kesimpulan
1. Proses yang perlu diperhatikan dalam manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah antara lain adalah fektifitas proses belajar mengajar tinggi ,pemimpinan sekolah yang kuat ,pengelolaan yang efektif tenaga kependidikan,Sekolah memiliki budaya mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis, sekolah memiliki kewenangan (kemandirian), partisipasi warga sekolah dan masyarakat, sekolah memiliki keterbukaan (transparansi ) manajemen, sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik), sekolah melakukan evalusi dan perbaikan secara berkelanjutan dan sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan.
2. Pengemabngan sekolah dapat dilakukan melalui berebapa tahap antara lain
1) mengkaji kebijakan yang relevan,
2) menganalisis kondisi sekolah,
3) merumuskan tujuan,
4) mengumpulkan data dan informasi,
5) menganalisis data dan informasi,
6) merumuskan dan memilih alternatif program, dan
7) menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan
3. Input pendidikan menurut manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah adalah memiliki kebijakan mutu, sumber daya tersedia dan siap, memiliki harapan prestasi yang tinggi, fokus pada pelangga (peserta didik) dan input manajemen
4. Apabila sekolah masih dipengaruhi oleh sentralisasi dan birokrasi serta kondisi daerah yang kurang konduuksif, maka kecenderungan peningkatan mutu sulit untuk dicapai. Karena ketiga hal inilah yang dapat menghambat perkembangan pendidikan selain sarana dan prasarana pendukung lainnya.
F. Rekomendasi
1. Harapan penulis kepada semua pihak terutama bagi pembaca agar dapat menarus perhatian yang serius dalam menyukseskan pembangunan bidang pendidikan melalui manajemen peningkatan mutu yang berbasis sekolah.
2. Sentralisasi dan birokrasi yang berbe-belit serta kondisi daerah yang kurang konduksif, dapat menghambat pembangunan terutama bidasng pendidikan. Oleh karena itu diharapkan kepada semua pihak agar dapat memikirkan kiat-kiat yang tepat untuk mengatasi kesemuanya itu.
3. Diharapkan kepada personil sekolah dan pihak terkait agar dapat menerapkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sebagaimana mestinya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
Artikel Lainnya