Artikel Pendidikan


Sabtu, 29 Okt 2011 10:15:04 dikirim oleh admin
DELAPAN HARI DI ACEH JAYA

DELAPAN HARI  DI ACEH JAYA
oleh : Yusnaini, S.Si (Widyaiswara Pertama - LPMP NAD)

Kisah ini telah berlangsung lebihkurang dua tahun yang lalu, masih segar diingatan bagaimana suka duka kamimelakukan perjalanan Dinas dalam rangka penjaminan mutu pendidikan di Kabupatenyang terparah terkena musibah Tsunami.

Hari itu Selasa tanggal 17 Nopember2009 Pukul 13.00 Wib, kami Tim monitoring dan evaluasi yang terdiri dari tigaorang.  bergerak menuju Kabupaten AcehJaya. Maksud kunjungan Tim ini ke Kabupaten Aceh Jaya adalah ingin melihatsejauh mana guru-guru dan kepala sekolah yang telah ditatar oleh Lembaga PenjaminanMutu Pendidikan  bekerjasama dengan American Red Cross (ARC) telah melakukanrencana tindak lanjut di sekolah sekaligus melihat tantangan dan hambatan yangdialami mereka dalam menerapkan rencana tindak lanjutnya di sekolah masing-masing.Di samping itu juga ingin digali informasi tentang efektivitas, pelaksanaanberbagai macam kegiatan baik seminar maupun diklat dan pendampingan yang telah dilaksanakanoleh LPMP bekerjasama dengan ARC.

 

LPMP bekerjasama dengan ARC telahmelakukan berbagai macam bentuk kegiatan untuk meningkatkan profesionalismeguru, kepala sekolah, pengawas dan guru konseling serta juga komite sekolahKabupaten Aceh Jaya. Kegiatan kerjasama ini dimulai dari survey yang dilakukanoleh Psychosocial SupportProgram-American Red Cross (PSP-ARC) bekerjasama dengan Lembaga PernjaminanMutu Pendidikan (LPMP) NAD pada bulan Juli 2009 di Kabupaten Aceh Jaya. Darihasil survey ditemukan beberapa masalah yang berhubungan dengan psikososial danpsiko-pendidikan di Kabupaten Aceh Jaya, yang meliputi:

  1. Rendahnya motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar.
  2. Tingginya sikap agresif siswa.
  3. Rendahnya kualitas penerapan pembelajaran aktif dan partisipatif yang mengakibatkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran.
  4. Rendahnya partisipasi orang tua dan dukungan masyarakat terhadap pendidikan.
  5. Kurang diterapkannya Management Berbasis Sekolah (MBS) yang mengakibatkan rendahnya kualitas pengelolaan sekolah dan kerjasama dengan masyarakat sekitar.
  6. Kurang diterapkannya program pendampingan dan supervisi bagi peningkatan kemampuan guru dan kepala sekolah yang mengakibatkan kurangnya kegiatan dukungan bagi guru untuk meningkatkan pengetahuan mereka.

 

Mengingat kompleksnya permasalahanpendidikan di Kabupaten Aceh Jaya dibutuhkan komitmen dan kerjasama semualembaga terkait, masyarakat, dan sekolah. Untuk itu semua pihak harus duduksatu meja membahas bagaimana nasib pendidikan Aceh  Jaya ke depan. Kerja keras LPMP bersamadengan ARC berhasil mempertemukan masyarakat (komite sekolah), pengawassekolah, kepala sekolah, guru, Kepala Dinas Pendidikan Aceh Jaya, Kepala KantorDepartemen Agama Aceh Jaya, Kepala LPMP NAD, Kepala Kantor Wilayah DepartemenPendidikan Agama NAD, Kepala Dinas Pendidikan NAD, Ketua Fraksi Komisi PendidikanDPRK Aceh Jaya, Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Aceh Jaya, dan SekretarisDaerah Kabupaten Aceh Jaya dalam sebuah dialog pendidikan yang dilaksanakanselama satu hari di kabupaten Aceh Jaya. Banyak hal yang dibicarakan disanaterutama sekali yang menyangkut hasil survey yang dilakukan pada bulan Julioleh PSP-ARC dan LPMP NAD.

 

Dengan tujuan membantu guru, kepalasekolah dan pengawas sekolah mengatasi masalah di atas, PSP-ARC kembalibekerjasama dengan LPMP NAD untuk mengadakan beragam pelatihan demimeningkatkan kualitas pendidikan di Aceh Jaya. Dukungan pelatihan ini ditujukanbagi komunitas pendidikan di empat kecamatan meliputi Kecamatan Setia Bakti,Krueng Sabee, Sampoiniet dan Jaya. Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah:

1.   Training of Counseling di Banda Aceh selama empat hari.

2.   Psychosocial Consultation in School di 58 sekolah Aceh Jaya selama 23hari.

3.   School Committee Workshop di Banda Aceh selama tiga hari.

4.   PAKEM and KTSP Training for Teachersof Elementary School(SD/MI) selama enam hari.

5.   CTL and KTSP Training for Teachers ofjunior High School(SMP/MTs) di Banda Aceh selama enam hari.

6.   KTSP Life Skill Training for Teachersof Senior High School(SMA/MA/SMK) di Banda Aceh selama enam hari.

7.   Training for junior High School(SMP/MTs) teachers of Math, Science, Social Science and English di Banda Aceh selama lima hari.

8.   Training for Senior High School(SMA/MA/SMK) Teachers of Math, Science, Sosial Science and English di Banda Aceh selama lima hari

9.   Management Training for Head Teachers di Banda Aceh selama empat hari.

10. Managementand mentoring Training for School Supervisors di Banda Aceh selama empat hari

11. Surveyfor Evaluation of Project.Dilaksanakan selama delapan hari di Kabupaten Aceh Jaya.

 

Kembali ke cerita tentang tim monitoringdan evaluasi yang terdiri dari tiga orang tim inti dan satu orang supir adalahmelaksanakan kegiatan terakhir yaitu Surveyfor Evalution of Project di Kabupaten Aceh Jaya.

 

Kami berangkat dengan beragam pikirandan pengalaman masing-masing tentang kondisi jalan menuju Calang IbukotaKabupaten Aceh Jaya. Ada kabar banjir dan longsor di jalan ditambah lagi musimhujan membuat kami ekstra hati-hati. Walaupun kami sudah menyewa mobil  DoubleCabin keluaran terbaru yang ekstra kuat dan besar plus sopirnya yang sangat berpengalaman menempuh jalan Banda AcehCalang tetap saja hati kami kecut  karenakami sudah pernah sport jantung waktupulang dari kegiatan persiapan seminar di Calang pada bulan September yanglalu. Mobil yang kami sewa Kijang Innovamati di jalan karena masuk lumpur dan tertahan batu, dan sebelumnya hampirpuluhan kilometer jalan berlumpur dan licin, hampir saja mobil terperosok ke luarjalan ataupun ke jurang, untung waktu itu di jalan ada masyarakat yang menjualjasanya mendorong mobil agar tetap di lintasan jalan, kalau tidak�..

Namun sampai pada jalan yang tidak terlaluberlumpur namun banyak batunya mobil kami kandas dan mati karena tertahan batu.Pada saat itu tidak ada masyarakat yang menjual jasa mendorong mobil dantempatnya sangat sepi tidak ada rumah-rumah penduduk.  waktu itu kami bertujuh, enam orang perempuandan satu-satunya laki-laki adalah sopir, kami tiga orang mendorong mobil dantiga orang lagi harus tetap duduk di dalam mobil supaya mobil berat.  Kami berusaha terus mendorong mobil  tapi sampai kehabisan tenaga mobil itu tidakbergerak sedikitpun. Untung saja waktu itu datang sopir L 300, dan beberapa sopir truk menolong kami, sampai mobil kamibisa jalan kembali.

 

Itulah pengalaman yang terus menerusmembayangi pikiran kami sepanjang perjalanan menuju Calang kali ini. Kami terusberdoa semoga pengalaman itu tidak terulang lagi. Sopir kami mengatakan kalaudia akan menyetir dengan kecepatan tinggi supaya tidak keburu hujan, kamisetuju mobil kami melaju sangat kencang rata-rata saya melihat di kilometernyajarum menunjukkan angka 140, padahal semua orang tau jalan menuju ke Calang itubelum beraspal kecuali sampai Lamno saja, terbayang seperti apa kami dalammobil itu, tapi itu tidak jadi masalah yang penting kami tidak terjebak hujankarena kalau hujan jalan yang dari tanah itu tiba-tiba lembek menjadi lumpurdan sangat licin. Satu setengah jam kami sampai di Lamno, tapi sampai Lamnokami harus mengantri Rakit sampai dua jam, sebenarnya tidak sampai dua jamseandainya tidak ada dua mobil �oknum polisi� yang menyerobot antrian kami.Akhirnya giliran naik ke Rakit, kami turun semua dari mobil kecuali sopir,mobil melaju di atas sebilah papan yang hanya muat satu ban mobil, mobil sampaidiujung Rakit dan tiba-tiba Rakitnya oleng karena tidak seimbang, akhirnyamobil kami harus mundur lagi ke belakang sampai ada mobil lain yang naik keRakit, begitulah sampai penuh lima mobil Rakitnya baru jalan menyeberangsungai.

 

Sampai di seberang sungai adalahsaat-saat ujian ketahanan tubuh di mulai karena selama empat jam lagi kami akanmenempuh jalan yang sangat jelek. Akhirnya pukul 19.00 Wib kami tiba di kotaCalang tanpa halangan apa-apa, tidak ada hujan, hanya gerimis saja menjelangsampai kota Calang dan tidak ada banjir maupun longsor seperti yang diisukan.Di Kota Calang Kami menginap di Kana Hotel.

 

Rabu, 18 Nopember 2009

Pagi pukul 8.00 Wib kami melapor ke DinasPendidikan Aceh Jaya dan ke Kantor ARC Calang, setelah itu kami melanjutkanperjalanan menuju ke sekolah-sekolah di Kecamatan Krueng Sabee, masing-masingkami bertanggung jawab mengobservasi sekolah, kelas dan mewawancara guru/kepalasekolah yang telah ikut pelatihan yang diadakan oleh LPMP yang bekerjasamadengan ARC. Sopir mengantarkan kami ke masing-masing sekolah tujuan, setelahselesai kami dijemput kembali dan diantar lagi ke sekolah lain, begitu seterusnya.Hari itu masing-masing kami hanya dapat mewawancara dan mengobservasi duasekolah (totalnya enam sekolah) sementara dua sekolah lagi yang kami kunjungiguru dan kepala sekolahnya sedang ikut penataran.

 

 

 

Kamis, 19 Nopember 2009

Kami berhasil mewawancari danmengobservasi tujuh sekolah lagi di Kecamatan Krueng Sabee karena kebetulanlima sekolah letaknya agak berdekatan. Dua sekolah lagi yaitu SD Panggong danSD Batee Mushalla sangat jauh (dekat gunung Ujen yang saat ini sedang digaliemasnya oleh masyarakat, untuk mencapai kedua sekolah itu dibutuhkan waktu 1jam perjalanan karena kondisi jalan sedang dibuat masih ditimbun tanah dansangat becek. Jalan yang kami tempuh sangat licin, dan ada jembatan kayu yangsudah patah, semua yang lewat jalan itu berlumpur malah ada mobil Kijang Innova dan Escudo memutar balik arah mobilnya karena tidak berani lewat. Luarbiasa perjalanan guru sehari-hari menuju ke sekolah ini dan ternyata di duasekolah tersebut lebih banyak guru bakti dari pada guru PNSnya.

 

Rasa haru dan sedih menyesakkan dadabegitu kami sampai ke sekolah, menatap mata anak-anak yang lugu, dengan kondisiserba kekurangan dan apa adanya mereka belajar, ada yang tidak pakai sepatu,baju tidak seragam, kelas 1 di gabung dengan kelas 2, kelas 3 digabung dengankelas 4 dan kelas 5 digabung dengan kelas 6 dengan satu papan tulis yang hanya dibagi dua oleh sebuah garis, dengan waktu belajarnya bersamaan. terbayangbagaimana anak-anak bisa konsentrasi belajar di masing-masing kelas dengankondisi seperti ini. Jangan tanya tentang pakem, standar isi, standar prosesdan SKL apalagi tematik. Asal anak mau pergi sekolah saja sudah sebuah prestasiyang luar biasa disana. Malahan di SD Panggong kelas 5 dan 6 sekaligusdijadikan gudang karena belum ada ruang lain. Ruang kantor guru dan kepalasekolah juga sangat kecil semua barang menumpuk disitu dari buku-buku sampaikompor, tidak ada jendela hanya ventilasi udara saja, rasa pengap dan sesaklangsung menyergap pada saat kita melangkah kaki masuk ke ruang tersebut. Bukutulis anak-anak yang kumal dan lecek (karena hanya punya buku itu saja) menjadipemandangan yang biasa dan gurupun tidak pernah mengeluh tetap saja memeriksatugas siswanya.

 

Di SD Batee Mushalla kelasnya sudahbagus tapi ruangnya hanya ada 3 dan proses belajar mengajarnyapun berlangsungpada waktu yang sama dengan satu guru untuk dua kelas. Kelas 1 gabung dengankelas 2, kelas 3 gabung dengan kelas 4, kelas 5 gabung dengan kelas 6 dan padaruang kelas 5 dan 6 ini sekaligus kantor guru, ruang kepala sekolah, pustakadan dapur, Ruang yang berukuran 6x7 meter ini bersifat multifungsi pada saatbelajar sebagai kelas dan pustaka serta pada saat istirahat berfungsi sebagaikantor dan dapur.  Sungguh miris melihatkondisi sekolah di pedalaman Aceh Jaya, namun semangat gurunya yang pantangmenyerah dengan kondisi yang ada, membawa secercah harapan pendidikan bagianak-anak di pedalaman Aceh Jaya.

Pulang dari sekolah tersebut ada duaorang anak SMP yang sudah tiga hari bolos sekolah karena mencari emas di Gunong Ujen minta ikut dengan mobil kamisampai ke simpang Krueng Sabee karena sudah tidak sanggup lagi berjalan kaki.Nampak raut wajah dan badan mereka sangat kelelahan dan kotor. Mereka sengajabolos sekolah untuk mencari uang buat lebaran Idul Adha. Masing-masing merekahanya memperoleh uang tiga puluh ribu rupiah.

 

Bolos sekolah adalah hal yang biasa disana baik menjelang hari raya, kenduri di kampung, bulan maulid, musim kesawah, musim hujan dan sebagainya. Hampir di setiap sekolah yang kami kunjungiterjadi hal seperti itu. Gurunya mengatakan memang orang tuanya tidak pernahpeduli dengan pendidikan anaknya, itulah hambatan paling besar yang dirasakanoleh guru-guru di Aceh Jaya. Mereka menyekolahkan anaknya sekedar saja.

 

Jumat, 20 Nopember 2009

Pukul 8.00 Wib kami sudah menuju kesekolah-sekolah di Kecamatan Setia Bakti, ada enam sekolah target kami hari itunamun satu sekolah tidak tercapai karena lokasinya sangat jauh harus menempuhperjalanan satu jam dari kota Calang, kami merencanakan untuk mengunjunginyabesok hari. Hari itu kami hanya mencapai empat sekolah saja karena hari Jumat.Dalam kondisi hujan kami turun di setiap sekolah  dan dalam keadaan basah kami tetap melakukanwawancara dan observasi di kelas.

 

Sore hari setelah kami mengentri datake laptop, kami berencana mengunjungi tempat penggilingan emas di sepanjangsungai Krueng Sabee, tapi kami tidak kenal siapa-siapa di sana dan takutdicurigai macam-macam, akhirnya kami memutuskan untuk ke rumah sepupunya salahsatu tim monitoring karena kabarnya pernah memiliki penggilingan emas. Disana beliaubercerita banyak tentang proses pengambilan batu emas yang katanya di ambilpada kedalaman 60 meter, kemudian dibawa ke tempat penggilingan dan dipakai airraksa untuk memisahkan emas. Sisa air raksa dibuang ke sungai Krueng Sabee,bisa dibayangkan 10 tahun mendatang kalau hal ini terus terjadi akan terjadipencemaran sungai yang luar biasa oleh air raksa dan kalau saja masih adamasyarakat yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidupnya ditambah lagimengkonsumsi ikan yang telah tercemar tersebut dikhawatirkan akan menimbulkanberbagai penyakit.

 

Sabtu, 21 Nopember 2009

Hari ini kami lebih cepat berangkatkarena kami akan mengunjungi sekolah yang sangat jauh di kecamatan Sampoinet.Kami chek out dari hotel karena kamitidak mungkin kembali lagi ke Calang. Sekolah tujuan berikutnya adalah diKecamatan Jaya yang jauh dari hotel kami menginap yaitu sekitar  4  jamperjalanan. Semua barang harus dibungkus karena bak belakang mobil Double Cabin itu terbuka haripun mauhujan. Hujan mulai deras, perjalanan sudah mulai berat, jalanan becek danlicin, sopir kami ekstra hati-hati, Kami mulai masuk ke pedalaman, kamikehilangan sasaran, akhirnya pukul 9.00 Wib kami menemukan MTsN Pante Purba danMAS Patek pada Lokasi yang sama, kebetulan sekali di tempat yang sama juga adaguru dan kepala sekolah dari MIN Pante Purba, kami langsung melakukan wawancarauntuk tiga sekolah tersebut namun untuk MIN Pante Purba tidak dapat dilakukanobservasi sekolah dan kelasnya karena katanya jarak sekolahnya masih sekitarsatu jam perjalanan lagi dan jalannyapun sangat jelek. Hari itu juga kamikehilangan sasaran SD Glee Sebak, jaraknya yang sangat jauh, terpencil, kamitidak tahu jalannya ke sana dan hujan sangat lebat akhirnya kami putuskan SDitu tidak jadi kami observasi. Perjalanan dilanjutkan menuju Lhok Kruet, kamimenemukan SMP 1 Sampoinet, kami melakukan wawancara dan observasi. Di SMP 1 Sampoinetini di ruang gurunya tidak terdapat mobiler apa-apa, meja dan kursi gurunyasaja masih memakai meja dan kursi yang sama dengan siswanya, ukurannya sangatmini sekali. 

 

Selesai di sana kami melanjutkanperjalanan ke SMP 4 Sampoinet di Lhok Kruet, SDN Lhok Kruet dan SMAN 1Sampaoinet. Di sini masing-masing kami mewawancarai dan mengobservasi satusekolah. Disini kami banyak memperoleh informasi bahwa guru-guru di Aceh Jayabelum mengetahui permendiknas tentang pengawas dan kepala sekolah. Dalambeberapa hari akan dilantik pengawas kabupaten Aceh Jaya yang rata-ratapendidikan mereka belum S2 bahkan ibu kepala SMP 4 ini sendiri adalah calonpengawas yang belum S1. Kami menjelaskan tentang permendiknas pengawas dankepala sekolah kepada mereka, mereka sangat takut karena umumnya di KabupatenAceh Jaya pengawas ataupun kepala sekolah yang akan


Artikel Lainnya

  • Tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • Pengintegrasian Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Dalam Pelajaran Penjasorkes SD/MI
  • IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA SEKOLAH GUGUS BINAAN UNICEF DI KABUPATEN ACEH TIMUR
  • EFEKTIVITAS PEMBERDAYAAN GURU PADA SMA NEGERI 1 MONTASIK KABUPATEN ACEH BESAR
  • Pemahaman Gastronomi sebagai suatu pengetahuan Pada Jurusan Tata Boga Oleh: Dra. Rissa Lismarika, M.Pd
  • PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN PADA SD KECAMATAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH
  • PEMANASAN GLOBAL
  • TEKNIK BELAJAR MATEMATKA
  • Fakta-Fakta Menarik Mengenai Phi
  • IKHTISAR DAN SEJARAH MATEMATIKA